Apa yang bisa dilakukan oleh seorang pemuda yatim dalam mewujudkan impian dan niatnya berhaji di Masjidil Haram..? Dengan kondisi keluarga yang sangat memprihatinkan. Padahal syarat utama pelaksanaan ibadah Rukun Islam yang kelima ini adalah naik haji bila mampu.
Secara materi memang tidak mungkin bagi pemuda yang masih duduk dibangku sekolah menengah pada saat itu. Tapi secara kesiapan mental dan rohani bahkan ia lebih siap dari orang yang sebelumnya telah mendaftarkan diri untuk berangkat haji disaat itu.
Keinginan yang kuat dan rasa cintanya ingin berkunjung ke Masjidil Haram dan melihat langsung Baitullah sangat sangat antusias dan tanpa keraguan. Ia pun mengutarakan niatnya itu kepada ibunya yang hanya penjual gorengan untuk menghidupi kebutuhan keluarganya. Tanggung jawab itu semakin bertambah setelah ayah dari anak-anaknya wafat di Malaysia yang bekerja buat menafkahi keluarga.
Mendengar pernyataan anaknya sang Ibu faham karena dia mengenal baik anak itu.
“Pergilah nak, perbanyak do’a, moga ALLAH mengabulkan dan mewujudkan niat baikmu itu.”
Tentu saja jawaban dari sang Ibu menjadi pelecut semangat sang pemuda.
Pada saat para kloter jamaah haji Indonesia sudah berangkat ke Mekah, sang pemuda pun giat mempersiapkan dirinya. Menanti sebuah keajaiban yang datang. Ibarat sedang menunggu uang jatuh dari langit.
Semua adalah kesia-sia an, tapi dia tetap tak patah semangat, jiwa telah dipersiapkan dalam Mujahadah disepertiga malam dibulan haji itu.
Dan malam itu pada saat seluruh jamaah haji diseluruh dunia sedang wuquf di Padang Arafah pada 9 Dzulhijjah 1421 H, atau senin 5 maret 2001, ALLAH Azza wa Jalla memperlihatkan “sedikit” kekuasaan-NYA pada sang pemuda.
Disaat ibu dan ketiga adik-adiknya sedang terlelap, diantara sadar dan tidak. Sang pemuda yang sebelumnya masih bermujahadah didalam kamarnya secara luar biasa mendapatkan dirinya berada disamping Maqom Ibrahim dan dihadapannya ia pun melihat Kabbah atau Baitullah yang dirindukan siang dan malam tepat berada dihadapannya.
Tak bisa dibayangkan dan tak mampu sang pemuda menggambarkan kebahagiaanya saat itu. Segera diapun bersujud dan bersyukur serta memuja kebesaran ALLAH yang diberikan kepadanya.
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ
إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ
Labbaikallahumma Labbaik
Labbaika Laa Syarikalaka Labbaik
Innalhamda Wan Ni’mata
Laka Wal Mulk
Laa SyarikalakAku memenuhi panggilanMU ya ALLAH.
aku memenuhi panggilanMU. Aku memenuhi panggilanMU tiada sekutu bagiMU, aku memenuhi panggilanMu. Sesungguhnya pujian dan ni’mat adalah milikMU begitu juga kerajaan tiada sekutu bagiMU.
Peristiwa Semalam Di Baitullah yang dialami sang pemuda pun keesokan harinya diceritakannya kepada Ibunya, dan sang ibu pun bahagia dan terlihat penuh haru mendengar penuturan sang anak.
“Ya ALLAH, izinkanlah hamba sekali lagi memenuhi panggilanMU untuk bertamu dirumahMU bersama Ibu dan saudara-saudaraku”.
Subhanallah…
SukaSuka